Rekomendasi Editor

Soal Mpox, Menkes Minta Masyarakat Waspada dan Tidak Perlu Khawatir Berlebihan

CAPITALNEWS.ID – Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap penyakit cacar monyet atau Mpox. Meski begitu, ia juga menegaskan agar masyarakat tidak perlu khawatir secara berlebihan.

Budi mengatakan bahwa pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah antisipatif, termasuk mempersiapkan obat-obatan dan vaksin.

“Bahwa ini obatnya sudah ada, buatan Amerika ada, buatan India ada, Indonesia juga sudah miliki obatnya,” katanya di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Selasa (27/8/2024).

Budi menjelaskan bahwa penularan Mpox mirip dengan HIV/AIDS, yakni melalui kontak fisik secara langsung dan umumnya terjadi di kelompok tertentu. Penyebarannya pun tidak secepat virus Covid-19 karena menyerang kelompok-kelompok tertentu yang beresiko.

Menurut dia, orang-orang yang lahir di bawah tahun 1970-an sudah pernah divaksin cacar sehingga itu memberikan proteksi terhadap Mpox. Sementara generasi muda harus divaksin agar tidak tertular virus tersebut.

“Jadi yang relatif usianya tua, kayak saya itu terproteksi. Nah untuk yang muda-muda, vaksinnya generasi yang barunya sudah ada, satu diproduksi dari Denmark, satu diproduksi dari Jepang,” kata Budi.

Budi mengungkapkan, penyebaran Mpox di Indonesia tercatat ada sebanyak 88 kasus dan ditemukan sejak 2022, di mana 100% pasien dinyatakan sembuh total.

“Indonesia sejak 2022 waktu status Public Health Emergency of International Concern ini dinaikkan oleh WHO sampai sekarang ada 88. Tapi paling banyak terjadi di tahun 2023, ada sekitar 73. Di tahun 2024 sendiri itu ada 14 yang kita sudah konfirmasi positif dari awal tahun,” ungkapnya.

“Apalagi saya sampaikan dari 88 ini 100% sembuh, karena 100% mereka adalah varian atau klade-nya 2B, kita sudah genome sequence semuanya. Jadi karena fasilitas labnya kita bagus, PCR-nya bagus, genome sequencing-nya bagus, udah kita genome sequence semuanya 2B,” sambung Budi.

Budi menyatakan, kasus Mpox yang tersebar di Indonesia adalah varian 2B, yang tidak separah di Afrika. Varian di negara tersebut tergolong 1B yang hanya menyebar di Swedia dan Thailand.

“Di Afrika itu varian 1B ya, itu fatality rate-nya tinggi, mendekati 10%. Kalau kita masih 0,1%. Varian 1B ini belum menyebar ke mana-mana, kecuali dua negara, yaitu Swedia dan Thailand, yang lainnya di Afrika,” ujarnya.

Oleh karena itu, Budi mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu panik. Menurutnya, pemerintah akan mendatangkan 1.600 dosis vaksin Mpox dari Denmark yang didistribusikan kepada tenaga medis garda terdepan serta kelompok berisiko tinggi.

“Vaksinasinya sudah ada, sedang kita datangkan. Tapi sekali lagi, karena vaksinnya ini harga yang mahal sekitar 3,5 jutaan satu (dosis), kita berikan ini ke yang berisiko tinggi, petugas lab, petugas kesehatan sama orang-orang yang tadi berisiko di daerah-daerah yang memang sudah ada outbreak-nya. Karena adanya baru di Jawa dan di Kepulauan Riau,” ujarnya.

Tak hanya itu, Budi menuturkan, pemerintah Indonesia selain telah menyiapkan sarana pengobatan di rumah-rumah sakit, juga telah meningkatkan surveilans dengan mengaktifkan kembali Kartu Surveilans Elektronik untuk memantau kedatangan orang-orang dari luar negeri.

“Kita sudah siapkan 2 mesin PCR di Jakarta, Cengkareng dan di Bali. Karena ada acara Asia-Afrika Leaders Meeting, jadi kalau ada yang kita identifikasi pernah datang di Afrika, suhunya tinggi langsung kita ambil, langsung dalam waktu singkat kita bisa lihat apakah dia positif atau tidak,” katanya.

Budi pun menekankan pentingnya edukasi bagi masyarakat dalam menghadapi Mpox. Ia mengingatkan, varian 2B yang beredar di Indonesia memiliki fatalitas yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan varian 1B yang menyebar di Afrika.

“Kita waspada, tapi tidak usah khawatir berlebihan,” pungkasnya.

(Red-01/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button