Kementerian BUMN Bantah Tudingan Kereta Cepat Whoosh Jadi Penyebab WIKA Rugi Besar

CAPITALNEWS.ID – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) membantah tudingan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung alias Whoosh menjadi penyebab PT Wijaya Karya (Persero) Tbk alias WIKA mengalami rugi besar.

Menurut Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, investasi yang digelontorkan WIKA pada proyek Whoosh belum memperlihatkan hasil karena masih bersifat awal, alias tidak langsung memberikan keuntungan.

“Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana ada investasi dulu. Misalnya, kalau bikin rumah, rugi apa enggak? Kalau tahun pertama, gimana? Sama dong. Dia kan untuk bisnis, bikin rugi itu kalau misalnya perusahaan kereta cepatnya enggak jalan,” katanya, dikutip Selasa (16/7/2024)

Lebih lanjut, Arya menambahkan, operasional Whoosh justru saat ini terus meningkat secara bertahap. Dan ini, sebutnya, tercermin dari frekuensi perjalanan setiap harinya.

“Target kami kan 60-an trayek, sekarang masih sekitar 40,” ujar Arya.

Selain itu, terangnya, okupansi penumpang saat ini sudah meningkat mencapai 21.000 penumpang dari target 30.000 penumpang per hari.

“Bertahap dari target awal 30-an, sekarang [penumpang] sudah 21.000-an. Ya tidak mungkin tiba-tiba orang jualan masa langsung tercapai, dia [Whoosh] bertahap tetapi sekarang sudah bagus,” kata Arya.

Sebelumnya, Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito menyebut ada dua komponen yang menjadi penyebab utama pembengkakan kerugian, yakni beban bunga dan beban lain-lain yang bengkak karena kerugian PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI).

Beban bunga meningkat akibat perusahaan harus menerbitkan surat utang (obligasi) untuk urunan membiayai mega proyek Kereta Cepat Whoosh. Sedangkan beban lain yang ditanggung termasuk beban provisi dan beban administrasi dari utang yang diperoleh WIKA.

“Beban lain-lain ini di antaranya mulai tahun 2022 kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat,” ujar Agung saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi IV DPR RI pada Jumat (12/7/2024).

Ia menyebut, kerugian perusahaan membengkak menjadi Rp7,12 triliun pada tahun 2023. Padahal kerugian WIKA pada tahun sebelumnya hanya Rp59,59 miliar.

“Kita itu memang yang paling besar karena dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, yang memang dari penyertaan saja kita sudah Rp6,1. Kemudian yang masih dispute atau belum dibayar sekitar Rp 5,5 triliun, sehingga hampir Rp 12 triliun triliun,” ungkap Agung.

PSBI merupakan anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selaku pemegang mayoritas saham PT Kereta Cepat Indonesia China ( KCIC ) sebesar 60 persen. Di sisi lain, WIKA menjadi salah satu pemegang saham PSBI dengan kepemilikan 38 persen saham.

Adapun dana yang disetorkan ke konsorsium untuk permodalan kereta cepat diperoleh WIKA melalui penerbitan utang. Praktis, perusahaan harus terbebani dengan beban bunga yang tinggi.

(Red-01/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button