CAPITALNEWS.ID – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewanti-wanti, setidaknya ada puluhan juta pekerjaan akan hilang pada tahun 2025. Hal ini, kata dia, disebabkan adanya peningkatan otomasi dan penggunaan teknologi artificial intelligence (AI) di berbagai sektor pekerjaan.
“Semua sekarang ini mulai masuk ke sana semua, ke otomasi semua. Awal kita hanya otomasi mekanik, kemudian muncul AI, muncul analis, muncul otomasi analytic. Setiap hari muncul hal-hal baru,” ujar Jokowi saat membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII di Jawa Tengah, dikutip Sabtu (21/9/2024).
“Kalau kita baca tahun 2025, pekerjaan yang akan hilang itu ada 85 juta. Sebuah jumlah yang tidak kecil,” sambungnya.
Menurut Jokowi, kemunculan otomasi dan teknologi AI ini membuat semua negara kesulitan untuk membuka lapangan pekerjaan baru bagi warganya. Maka dari itu, sebutnya, Indonesia perlu memikirkan pasar kerja yang baik.
“Kalau bapak-ibu bertanya pada saya, fokus ke mana? Kalau saya, sekarang maupun ke depan kita harus fokus kepada pasar kerja. Karena ke depan terlalu sedikit peluang kerja. Untuk sangat banyak tenaga kerja yang membutuhkan,” ungkapnya.
Jokowi mengatakan, negara juga menghadapi tantangan lainnya dalam menciptakan lapangan pekerjaan, yakni sistem kerja paruh waktu.
Dia menilai hal tersebut harus diwaspadai karena dapat memberi dampak buruk bagi para pekerja. Jokowi menyebut sistem ini dapat membuat perusahaan lebih memilih pekerja paruh waktu yang tak terikat atau freelancer.
“Hati-hati dengan ini ekonomi serabutan ekonomi paruh waktu. Kalau tidak dikelola dengan baik akan jadi menjadi tren, perusahaan lebih memilih pekerja independen. Perusahaan memilih pekerja freelancer, perusahaan memilih kontrak jangka pendek untuk mengurangi risiko ketidakpastian global yang sedang terjadi. Ini trennya kita lihat menuju ke sana,” tutur Jokowi.
“Dan yang bekerja itu bisa bekerja di sini bisa bekerja di negara lain. Sehingga sekali lagi kesempatan kerja semakin sempit dan semakin berkurang,” imbuhnya.
Orang nomor satu di Indonesia ini menambahkan, di sisi lain gejolak dan ketidakpastian global juga terjadi, dan membawa tantangan bagi semua negara di dunia.
Kendati begitu, Jokowi mengingatkan agar Indonesia tidak terpaku dengan situasi global yang ada meski tetap harus waspada.
“Jangan sampai kita terlalu larut dengan situasi global, meskipun kita ikuti. Jangan terlalu kita terbawa oleh skenario ekonomi global, meskipun kita juga harus selalu melihat angka-angka dan mengkalkulasi dengan perhitungan-perhitungan yang cermat,” katanya.
Terlebih, tambah Jokowi, Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada tahun 2030. Sehingga, akan ada banyak penduduk berusia produktif yang membutukan pekerjaan.
“Inilah tantangan paling besar yang akan melompatkan kita jadi negara maju atau tidak. Sehingga sekali lagi, bonus demografi ini membutuhkan pembukaan kesempatan kerja sebesar-besarnya,” ujarnya.
Jokowi menyampaikan, untuk membuka lapangan pekerjaan bukanlah hal mudah dan harus melewati tantangan yang berat. Hal ini, menurutnya, dialami oleh setiap negara.
“Padahal saat ini, untuk membuka lapangan pekerjaan kita menghadapi tantangan yang berat, semua negara menghadapi tantangan ini,” pungkas Jokowi.
(Red-01/*)